PENDEKATAN KONSELING KHAS PENULIS
PENGANTAR
Bisakah aku…
Oleh : Mufida
Istati
Semut yang kecil bisa pergi kemana
yang dia mau
Burung
bisa terbang menuju tempat dia suka
Tanaman
kaktus dapat terus bertahan hidup di gersangnya gurun
Ikan-ikan
kecil terus berenang ke sana ke mari mencari makan
Mereka adalah hewan
Mereka adalah tanaman
Tapi aku… aku adalah manusia
Manusia punya kuasa atas segala
yang ada di semesta
Manusia
dapat berpikir dan bertindak
Manusia
dapat merasa dan berekspresi
Tertawa,
menangis, marah, takut, dan cemas…
Apakah
aku bisa?
Apakah
aku mampu?
Apakah
aku sanggup?
Dan
apa yang harus ku lakukan?
Seperti kapal yang sedang berlayar di tengah laut
Tiba-tiba muncul angin kencang, hujan deras,
disertai petir
Betapa panik, takut dan cemasnya mereka yang ada di
kapal
Tapi ternyata sang nahkoda sosok yang tangguh
Dia dapat menaklukkan angin, dan hujan itu
Hingga cuaca cerah kembali
Penumpang pun nampak tenang
Semua itu berkat sang nahkoda punya satu hal yang
lebih dari apapun
Kemauan dan keyakinan dan menjadi satu dalam motivasi
Apakah
aku bisa?
Apakah
aku mampu?
Apakah
aku sanggup?
Dan
apa yang harus ku lakukan?
Sebelum
bertindak pertanyaan itu berulang muncul di pikiran
Hmmm….
Hanya terus meragu dan berputus asa sebelum mencoba
Tapi
manusia punya satu hal yang lebih dari apapun
Kemauan
dan keyakinan dan menjadi satu dalam
motivasi
Dan
aku pun bisa menggapainya karena aku punya motivasi
A. Nama Pendekatan
Pendekatan
ini bernama Motivation Therapy (Terapi
Motivasi)
B. Sejarah Perkembangan
Motivation Therapy atau
terapi motivasi merupakan terapi yang dikembangkan penulis berawal dari
pengalaman memperhatikan anak-anak SD yang berjalan kaki dari rumah menuju
sekolah. Perjalanan mereka sungguh luar
biasa memakan waktu kurang lebih 60 menit, dengan tubuhnya yang kecil, dan
membawa tas sederhana melalui jalan setapak, jembatan gantung cenderung rawan,
dan terakhir sungai yang ditempuh dengan perahu. Tak sedikitpun tersirat dari
wajah mereka rasa lelah, takut bahkan malas yang nampak hanya gembira dan
semangat. Akhirnya, saya pun suatu hari bercengkrama dengan salah satu anak,
dia bercerita bahwa dia merasa senang berada di sekolah bisa belajar dan bertemu
orang-orang yang menyenangkan. Selanjutnya saya membandingkan perjuangan anak
tersebut dengan pengemis di jalan raya, seorang laki-laki bertubuh tegap yang
masih mampu mengangkat satu karung beras, dia mengenakan pakaian lusuh sambil
berjalan agak membungkuk dan menengadahkan tangan pada setiap orang yang berada
di dekatnya. Ibarat langit dan bumi, tak ada sedikit pun terpancar semangat
dari sosok pengemis itu yang nampak hanya pasrah dan pasrah selalu mengharapkan
bantuan orang lain.
Ilustrasi
dari sekilas pengalaman penulis di atas mengantarkan pada pengembangan terapi
motivasi ini. Sungguh Allah menciptakan kita dengan segala kekuasaanNya dan
pantaskah kita untuk tidak memanfaatkan dan mengelolanya dengan tepat. Jika
anak kecil saja dengan penuh semangat membangun seluruh kekuatannya demi
mendapatkan ilmu, sungguh tak bermaknanya selama kita hidup jika tak
mengembangkan kemampuan yang ada. Oleh karena itu melalui terapi motivasi ini
yang diadaptasi dari konseling motivasi dalam Cox, W. Miles & Klinger, Eric. (2004) diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi konselor khususnya dalam upaya memberikan layanan untuk
memotivasi konseli mencapai tujuannya.
C. Hakekat Manusia
Manusia
pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mencapai keinginannya. Untuk mewujudkan
suatu keinginan tidaklah mudah perlu perencanaan dan tindakan selanjutnya baru
diperoleh hasilnya dan belum tentu sesuai dengan harapan kita. Tatkala ada
sesuatu hal yang menjadi kendala manusia dapat mundur dari langkah-langkah
mencapai tindakannya.
D. Perkembangan Perilaku
1. Struktur
Kepribadian
Manusia
dipandang sebagai sistem-sistem energi yang terdiri dari lingkungan dan
self yang membentuk perilaku manusia. Motivasi berasal dari dalam diri
(internal) dan lingkungan (eksternal).
2. Pribadi
Sehat dan Bermasalah
Pribadi sehat adalah pribadi yang penuh
semangat dalam melaksanakan tindakan mencapai keinginannya. Tujuan yang
diinginkannya adalah hal yang positif. Sedangkan pribadi bermasalah adalah
individu yang tidak bersemangat dalam melaksanakan tindakan mencapai
keinginannya jika mempunyai suatu tujuan itu bersifat negatif.
E. Hakikat Konseling
Terapi
motivasi berfokus pada kondisi konseli terhadap keinginan atau tujuannya.
Melalui terapi motivasi konseli mampu menghadapi kenyataan dan siap
menghadapinya dengan perencanaan yang mantap untuk mencapai tujuannya. Dengan
demikian ada beberapa karakteristik terapi motivasi sebagai berikut :
1. Terapi
motivasi berfokus pada kondisi saat ini dan masa depan. Konseli tidak
dihadapkan pada pengalaman masa lalu tapi hanya mengarah yang sedang dan
mempersiapkan untuk masa depan sesuai tujuan.
2. Berpusat
pada konseli, konseli
yang menjadi ahli dalam proses terapi, konselor menjadi fasilitator dalam
proses pembentukan pikiran positif dan meningkatkan motivasi konselinya.
3. Pengaruh
lingkungan,
variabel-variabel bebas yang berada di luar konseli (lingkungan) merupakan
segala-sesuatu yang dapat mempengaruhi motivasi konseli. Oleh karena itu dalam
proses konseling, konselor dan konseli berusaha untuk menemukan
variabel-variabel tersebut dan bersama-sama membahasnya.
F. Kondisi Pengubahan
1. Tujuan
Terapi motivasi memiliki tujuan membantu konseli mengkaji
bagaimana memilih tujuan dan menelusuri
efek tujuannya, sampai ke titik di mana konseli tersebut mencapai tujuan, dan
lebih dari itu konsekuensi dari proses mengejar tujuan berakhir. Tujuan pilihan
tergantung pada nilai yang diberikan oleh konseli untuk setiap alternatif
(insentif) dan disesuaikan kemampuan mencapainya. Pemilihan tujuan bervariasi
berdasarkan apakah tujuannya adalah pendekatan atau tujuan penghindaran,
kerangka waktu untuk tindakan, antisipasi rincian dan kesulitan pencapaian
tujuan, dan konflik dengan tujuan-tujuan lain.
2. Konselor
Konselor menggunakan tangga tujuan dalam terapi motivasi
untuk membantu konseli membuat jenis perubahan dalam pencapaian tujuan mereka.
Pemilihan komponen tangga yang digunakan tergantung pada struktur motivasi konseli
dan tujuan spesifik bahwa konseli membutuhkan bantuan untuk mencapai. Oleh
karena itu, komponen ini memungkinkan upaya yang lebih besar daripada komponen
pendahuluan dan penetapan tujuan.
3. Konseli
Konseli
membangun tangga tujuan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan harapannya. Serta
konsisten dengan apa yang telah dibangun dalam hubungan konseling agar rencana
dapat berhasil
4. Situasi
Hubungan
Khusus
untuk konselor dan terapis, kemungkinan perubahan motivasi, dan metode untuk
menghasilkan perubahan, penting bagi usaha mereka. Dengan demikian, meskipun
disposisi motivasi dapat menjadi cara yang berguna untuk menggambarkan
individu, mereka tidak dengan jumlah tetap, tetapi berubah-ubah.
G. Mekanisme Pengubahan
1. Tahap-tahap
Konseling
Pelaksanaan terapi motivasi meliputi 3 tahap yaitu
sebagai berikut :
a.
Tahap
Awal
Konselor dan konseli membangun hubungan
keakraban (working realitionships) hubungan
yang berfungsi, bermakna, dan berguna. Keberhasilan terapi sangat ditentukan
oleh keberhasilan tahap awal ini. Kunci keberhasilannya terletak pada
keterbukaan konselor dan konseli. Keterbukaan konseli artinya dia dengan jujur
mengungkapkan isi hati, perasaan, harapan, dan sebagainya. Namun, keterbukaan
ditentukan oleh faktor konselor yakni dapat dipercayai konseli karena tidak
berpura-pura, akan tetapi jujur. Asli, mengerti dan menghargai. Konselor dan
konseli membuat kontrak mengenai pelaksanaan konseling selanjutnya (Lesmana,
Jeanette Murad. : 2008.)
Konselor mampu melibatkan konseli
terus menerus dalam proses konseling. Selanjutnya, konselor mendefinisikan masalah
yang dihadapi, membangun tujuan yang ingin dicapai konseli, untuk siap
melanjutkan pada tahap kerja (Willis,
Sofyan S.;2010).
b.
Tahap
Kerja
Pada tahap kerja, kerjasama antara
konselor dan konseli mempersiapkan
transisi ke penetapan komponen tujuan, yang ada tiga macam:
penetapan tujuan (a) penyelesaian
masalah, (b) membangun tangga tujuan, dan (c)
pengaturan
antara sesi tujuan. Untuk membangun tangga tujuan
sesuai dengan keinginan dan kemampuan konseli.
1.
………………………..
|
……..
|
(fokus
perhatian)
Gambar
1. Tangga tujuan konseli (SMC) diadaptasi
dari Cox, W. Miles & Klinger, Eric.(2004)
Konselor membantu konseli menetapkan tujuan serta
langkah-langkah mencapai tujuan tersebut, dapat menggunakan gambar berikut :
Pengenalan
tahap penetapan tujuan:
• Melihat situasi yang sebenarnya dari konseli • Aktivasi gambaran dari sesi terakhir |
Penjelasan
dari tujuan pribadi yang relevan:
• Seleksi, deskripsi, dan memberi judul untuk aspek timbul dari citra • Elaborasi dari makna pribadi • Perumusan tujuan konkret dan terdefinisi dengan baik |
Eksplorasi
struktur tujuan:
• Diferensiasi antara pemeliharaan dan tujuan perubahan • Mengitung hubungan antara tujuan yang berbeda • Memperjelas prioritas • Memperjelas relevansi tujuan yang berbeda untuk terapi |
Gambar
2. Struktur penetapan tujuan diadaptasi dari
Cox, W. Miles
& Klinger, Eric. (2004)
Setelah tangga tujuan berhasil
dibangun maka meningkatkan kemampuan
untuk mencapai tujuan. Konselor perlu untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk
mencapai tujuan mereka. Bahkan ketika tujuan tampaknya tepat dan realistis, konseli
mungkin tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
tersebut.
Konselor membantu konseli jika pada anak tangga terdapat
konflik yang dialami konseli. Sehingga perlu kontrol konselor sebagai
fasilitastor dalam pencapaian setiap jenjang tangga untuk mencapai tangga
teratas.Menyelesaikan konflik biasanya melibatkan menemukan cara lain untuk
mencapai satu atau yang lain, atau keduanya, tujuan yang terlibat dalam
konflik.
c. Tahap
Akhir
Tahap akhir ditandai dengan
menurunnya kecemasan konseli digantikan semangat dan motivasi untuk menghadapi
kehidupannya serta mencapai tujuannya. Adanya perubahan perilaku konseli ke
arah yang lebih positif, sehat dan dinamik (Willis, Sofyan
S.;2010).
2. Teknik-teknik
Konseling
Teknik umum Terapi motivasi adalah
sebagai berikut Corey, Gerald (2009):
a. Desensitisasi
sistematis
Teknik spesifik yang digunakan untuk
menghilangkan kecemasan dengan kondisi rileks saat berhadapan dengan situasi
yang menimbulkan kecemasan bertambah secara bertahap.
b.
Reinforcement
technique
Teknik yang digunakan konselor untuk
membantu meningkatkan perilaku yang dikehendaki dengan cara memberi reinforcement terhadap tingkah laku
tersebut.
c.
Kontrak
Suatu kesepakatan tertulis atau lisan
antara konselor dan konseli sebagai teknik untuk memfasilitasi pencapaian
tujuan konseling. Teknik ini memberikan batasan, motivasi, insebtif bagi
pelaksanaan kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan bagi konseli untuk
dilaksanakan antar pertemuan konseling.
d.
Homework
assignment
Teknik yang digunakan dengan cara
memberikan tugas/aktivitas yang dirancang agar dilakukan konseli antara
pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru, meniru perilaku tertentu,
atau membaca bahan bacaan yang relevan dengan masalah yang dihadapi.
e.
Role
Playing
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu
konseli mencapai tujuan yang diharapkan dengan permainan peran. Konseli
memerankan tingkah laku tertentu yang ingi dikuasainya sehingga dapat mencapai
tujuan yang diharapkannya.
Teknik khusus
terapi motivasi menggunakan Sistematis Motivasi Konseling (SMC) adalah
teknik untuk menilai dan mengubah pola-pola maladaptif, yang bertujuan untuk
membimbing konseli untuk memuaskan
kehidupan lebih bahagia dan lebih, SMC ini dalam bentuk tangga tujuan.
H. Kelemahan dan Kelebihan
Kelemahan
:
a. Terapi
konseling cenderung memerlukan waktu yang lama karena menuntut konselor terus
membimbing konseli mencapai setiap anak tangga sampai berhasil mencapai tangga
puncak.
b. Kurang
melatih kemandirian pada diri konseli dalam menghadapi masalah karena setiap
konflik yang dihadapi selalu dilaporkan pada konselor untuk segera diatasi.
Kelebihan
:
a. Terapi
motivasi dapat membantu berbagai permasalahan yang dialami konseli sesuai
dengan tujuan yang diharapkan
b. Membangun
motivasi konseli secara langsung melalui setiap anak tangga sehingga konseli
semakin meningkat motivasinya agar segera dapat mencapai tangga puncak.
c. Mengembangkan
teknik yang dapat diterapkan oleh konseli dengan membangun sebuah tangga tujuan
dalam mencapai suatu target yang diharapkan.
I. Sumber Rujukan
Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and
Psychotherapy. Belmont, CA:Brooks/Cole
Cox, W. Miles & Klinger, Eric. 2004. Handbook
of Motivational Counseling Concepts, Approaches, and Assessment. England: John Wiley & Sons,
Ltd.
Lesmana, Jeanette Murad.
2008. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)
Willis, Sofyan.S., 2010. Konseling Individual, Teori & Praktek.
Bandung:ALFABETA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar