Kamis, 01 November 2012

konseling motivasi


PENDEKATAN KONSELING KHAS PENULIS
PENGANTAR
Bisakah aku…                                                                              
                                                                                                 Oleh : Mufida Istati
Semut yang kecil bisa pergi kemana yang dia mau
Burung bisa terbang menuju tempat dia suka
Tanaman kaktus dapat terus bertahan hidup di gersangnya gurun
Ikan-ikan kecil terus berenang ke sana ke mari mencari makan
                Mereka adalah hewan
                Mereka adalah tanaman
                Tapi aku… aku adalah manusia
                Manusia punya kuasa atas segala yang ada di semesta
Manusia dapat berpikir dan bertindak
Manusia dapat merasa dan berekspresi
Tertawa, menangis, marah, takut, dan cemas…
Apakah aku bisa?
Apakah aku mampu?
Apakah aku sanggup?
Dan apa yang harus ku lakukan?
Seperti kapal yang sedang berlayar di tengah laut
Tiba-tiba muncul angin kencang, hujan deras, disertai petir
Betapa panik, takut dan cemasnya mereka yang ada di kapal
Tapi ternyata sang nahkoda sosok yang tangguh
Dia dapat menaklukkan angin, dan hujan itu
Hingga cuaca cerah kembali
Penumpang pun nampak tenang
Semua itu berkat sang nahkoda punya satu hal yang lebih dari apapun
Kemauan dan keyakinan dan  menjadi satu dalam motivasi

Apakah aku bisa?
Apakah aku mampu?
Apakah aku sanggup?
Dan apa yang harus ku lakukan?
Sebelum bertindak pertanyaan itu berulang muncul di pikiran
Hmmm…. Hanya terus meragu dan berputus asa sebelum mencoba
Tapi manusia punya satu hal yang lebih dari apapun
Kemauan dan keyakinan dan  menjadi satu dalam motivasi
Dan aku pun bisa menggapainya karena aku punya motivasi
          


A.    Nama Pendekatan
Pendekatan ini bernama Motivation Therapy (Terapi Motivasi)
B.     Sejarah Perkembangan
Motivation Therapy atau terapi motivasi merupakan terapi yang dikembangkan penulis berawal dari pengalaman memperhatikan anak-anak SD yang berjalan kaki dari rumah menuju sekolah.  Perjalanan mereka sungguh luar biasa memakan waktu kurang lebih 60 menit, dengan tubuhnya yang kecil, dan membawa tas sederhana melalui jalan setapak, jembatan gantung cenderung rawan, dan terakhir sungai yang ditempuh dengan perahu. Tak sedikitpun tersirat dari wajah mereka rasa lelah, takut bahkan malas yang nampak hanya gembira dan semangat. Akhirnya, saya pun suatu hari bercengkrama dengan salah satu anak, dia bercerita bahwa dia merasa senang berada di sekolah bisa belajar dan bertemu orang-orang yang menyenangkan. Selanjutnya saya membandingkan perjuangan anak tersebut dengan pengemis di jalan raya, seorang laki-laki bertubuh tegap yang masih mampu mengangkat satu karung beras, dia mengenakan pakaian lusuh sambil berjalan agak membungkuk dan menengadahkan tangan pada setiap orang yang berada di dekatnya. Ibarat langit dan bumi, tak ada sedikit pun terpancar semangat dari sosok pengemis itu yang nampak hanya pasrah dan pasrah selalu mengharapkan bantuan orang lain.
Ilustrasi dari sekilas pengalaman penulis di atas mengantarkan pada pengembangan terapi motivasi ini. Sungguh Allah menciptakan kita dengan segala kekuasaanNya dan pantaskah kita untuk tidak memanfaatkan dan mengelolanya dengan tepat. Jika anak kecil saja dengan penuh semangat membangun seluruh kekuatannya demi mendapatkan ilmu, sungguh tak bermaknanya selama kita hidup jika tak mengembangkan kemampuan yang ada. Oleh karena itu melalui terapi motivasi ini yang diadaptasi dari konseling motivasi dalam Cox, W. Miles & Klinger, Eric. (2004) diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi konselor khususnya dalam upaya memberikan layanan untuk memotivasi konseli mencapai tujuannya.

C.    Hakekat Manusia
Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mencapai keinginannya. Untuk mewujudkan suatu keinginan tidaklah mudah perlu perencanaan dan tindakan selanjutnya baru diperoleh hasilnya dan belum tentu sesuai dengan harapan kita. Tatkala ada sesuatu hal yang menjadi kendala manusia dapat mundur dari langkah-langkah mencapai tindakannya.

D.    Perkembangan Perilaku
1.      Struktur Kepribadian
Manusia dipandang sebagai sistem-sistem energi yang terdiri dari lingkungan dan self yang membentuk perilaku manusia. Motivasi berasal dari dalam diri (internal) dan lingkungan (eksternal).
2.      Pribadi Sehat dan Bermasalah
Pribadi sehat adalah pribadi yang penuh semangat dalam melaksanakan tindakan mencapai keinginannya. Tujuan yang diinginkannya adalah hal yang positif. Sedangkan pribadi bermasalah adalah individu yang tidak bersemangat dalam melaksanakan tindakan mencapai keinginannya jika mempunyai suatu tujuan itu bersifat negatif.

E.     Hakikat Konseling
Terapi motivasi berfokus pada kondisi konseli terhadap keinginan atau tujuannya. Melalui terapi motivasi konseli mampu menghadapi kenyataan dan siap menghadapinya dengan perencanaan yang mantap untuk mencapai tujuannya. Dengan demikian ada beberapa karakteristik terapi motivasi sebagai berikut :
1.      Terapi motivasi berfokus pada kondisi saat ini dan masa depan. Konseli tidak dihadapkan pada pengalaman masa lalu tapi hanya mengarah yang sedang dan mempersiapkan untuk masa depan sesuai tujuan.
2.      Berpusat pada konseli, konseli yang menjadi ahli dalam proses terapi, konselor menjadi fasilitator dalam proses pembentukan pikiran positif dan meningkatkan motivasi konselinya.
3.      Pengaruh lingkungan, variabel-variabel bebas yang berada di luar konseli (lingkungan) merupakan segala-sesuatu yang dapat mempengaruhi motivasi konseli. Oleh karena itu dalam proses konseling, konselor dan konseli berusaha untuk menemukan variabel-variabel tersebut dan bersama-sama membahasnya.

F.     Kondisi Pengubahan
1.      Tujuan
Terapi motivasi memiliki tujuan membantu konseli mengkaji bagaimana memilih tujuan  dan menelusuri efek tujuannya, sampai ke titik di mana konseli tersebut mencapai tujuan, dan lebih dari itu konsekuensi dari proses mengejar tujuan berakhir. Tujuan pilihan tergantung pada nilai yang diberikan oleh konseli untuk setiap alternatif (insentif) dan disesuaikan kemampuan mencapainya. Pemilihan tujuan bervariasi berdasarkan apakah tujuannya adalah pendekatan atau tujuan penghindaran, kerangka waktu untuk tindakan, antisipasi rincian dan kesulitan pencapaian tujuan, dan konflik dengan tujuan-tujuan lain.
2.      Konselor
Konselor menggunakan tangga tujuan dalam terapi motivasi untuk membantu konseli membuat jenis perubahan dalam pencapaian tujuan mereka. Pemilihan komponen tangga yang digunakan tergantung pada struktur motivasi konseli dan tujuan spesifik bahwa konseli membutuhkan bantuan untuk mencapai. Oleh karena itu, komponen ini memungkinkan upaya yang lebih besar daripada komponen pendahuluan dan penetapan tujuan.
3.      Konseli
Konseli membangun tangga tujuan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan harapannya. Serta konsisten dengan apa yang telah dibangun dalam hubungan konseling agar rencana dapat berhasil
4.      Situasi Hubungan
Khusus untuk konselor dan terapis, kemungkinan perubahan motivasi, dan metode untuk menghasilkan perubahan, penting bagi usaha mereka. Dengan demikian, meskipun disposisi motivasi dapat menjadi cara yang berguna untuk menggambarkan individu, mereka tidak dengan jumlah tetap, tetapi berubah-ubah.



G.    Mekanisme Pengubahan
1.      Tahap-tahap Konseling
Pelaksanaan terapi motivasi meliputi 3 tahap yaitu sebagai berikut :
a.    Tahap Awal
           Konselor dan konseli membangun hubungan keakraban (working realitionships) hubungan yang berfungsi, bermakna, dan berguna. Keberhasilan terapi sangat ditentukan oleh keberhasilan tahap awal ini. Kunci keberhasilannya terletak pada keterbukaan konselor dan konseli. Keterbukaan konseli artinya dia dengan jujur mengungkapkan isi hati, perasaan, harapan, dan sebagainya. Namun, keterbukaan ditentukan oleh faktor konselor yakni dapat dipercayai konseli karena tidak berpura-pura, akan tetapi jujur. Asli, mengerti dan menghargai. Konselor dan konseli membuat kontrak mengenai pelaksanaan konseling selanjutnya (Lesmana, Jeanette Murad. : 2008.)
           Konselor mampu melibatkan konseli terus menerus dalam proses konseling. Selanjutnya, konselor mendefinisikan masalah yang dihadapi, membangun tujuan yang ingin dicapai konseli, untuk siap melanjutkan pada tahap kerja  (Willis, Sofyan S.;2010).
b.   Tahap Kerja
           Pada tahap kerja, kerjasama antara konselor dan konseli  mempersiapkan transisi ke penetapan komponen tujuan, yang ada tiga macam: penetapan tujuan (a) penyelesaian masalah, (b) membangun tangga tujuan, dan (c) pengaturan antara sesi tujuan. Untuk membangun tangga tujuan sesuai dengan keinginan dan kemampuan konseli.
(Tujuan)

1.       ………………………..

……..
 









    (fokus perhatian)
Gambar 1. Tangga tujuan konseli (SMC)  diadaptasi dari Cox, W. Miles & Klinger, Eric.(2004)

Konselor membantu konseli menetapkan tujuan serta langkah-langkah mencapai tujuan tersebut, dapat menggunakan gambar berikut :

Pengenalan tahap penetapan tujuan:
Melihat situasi yang sebenarnya dari konseli
• Aktivasi gambaran dari sesi terakhir

Penjelasan dari tujuan pribadi yang relevan:
• Seleksi, deskripsi, dan memberi judul untuk aspek
timbul dari citra
• Elaborasi dari makna pribadi
• Perumusan tujuan konkret dan terdefinisi dengan baik

 






                                                                                               

Eksplorasi struktur tujuan:
• Diferensiasi antara pemeliharaan dan tujuan perubahan
• Mengitung hubungan antara tujuan yang berbeda
• Memperjelas prioritas
• Memperjelas relevansi tujuan yang berbeda untuk terapi

 





                    
Gambar 2. Struktur penetapan tujuan diadaptasi dari
Cox, W. Miles & Klinger, Eric. (2004)

Setelah tangga tujuan berhasil dibangun maka meningkatkan kemampuan untuk mencapai tujuan. Konselor perlu untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk mencapai tujuan mereka. Bahkan ketika tujuan tampaknya tepat dan realistis, konseli mungkin tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Konselor membantu konseli jika pada anak tangga terdapat konflik yang dialami konseli. Sehingga perlu kontrol konselor sebagai fasilitastor dalam pencapaian setiap jenjang tangga untuk mencapai tangga teratas.Menyelesaikan konflik biasanya melibatkan menemukan cara lain untuk mencapai satu atau yang lain, atau keduanya, tujuan yang terlibat dalam konflik.
c.       Tahap Akhir
Tahap akhir ditandai dengan menurunnya kecemasan konseli digantikan semangat dan motivasi untuk menghadapi kehidupannya serta mencapai tujuannya. Adanya perubahan perilaku konseli ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamik  (Willis, Sofyan S.;2010).

2.      Teknik-teknik Konseling
Teknik umum Terapi motivasi adalah sebagai berikut Corey, Gerald (2009):
a.       Desensitisasi sistematis
Teknik spesifik yang digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan kondisi rileks saat berhadapan dengan situasi yang menimbulkan kecemasan bertambah secara bertahap.
b.      Reinforcement technique
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu meningkatkan perilaku yang dikehendaki dengan cara memberi reinforcement terhadap tingkah laku tersebut.
c.       Kontrak
Suatu kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan konseli sebagai teknik untuk memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik ini memberikan batasan, motivasi, insebtif bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan bagi konseli untuk dilaksanakan antar pertemuan konseling.
d.      Homework assignment
Teknik yang digunakan dengan cara memberikan tugas/aktivitas yang dirancang agar dilakukan konseli antara pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru, meniru perilaku tertentu, atau membaca bahan bacaan yang relevan dengan masalah yang dihadapi.
e.       Role Playing
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan yang diharapkan dengan permainan peran. Konseli memerankan tingkah laku tertentu yang ingi dikuasainya sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkannya.
                                    Teknik khusus terapi motivasi menggunakan Sistematis Motivasi Konseling (SMC) adalah teknik untuk menilai dan mengubah pola-pola maladaptif, yang bertujuan untuk membimbing konseli untuk memuaskan kehidupan lebih bahagia dan lebih, SMC ini dalam bentuk tangga tujuan.


H.    Kelemahan dan Kelebihan
Kelemahan :
a.       Terapi konseling cenderung memerlukan waktu yang lama karena menuntut konselor terus membimbing konseli mencapai setiap anak tangga sampai berhasil mencapai tangga puncak.
b.      Kurang melatih kemandirian pada diri konseli dalam menghadapi masalah karena setiap konflik yang dihadapi selalu dilaporkan pada konselor untuk segera diatasi.
Kelebihan :
a.       Terapi motivasi dapat membantu berbagai permasalahan yang dialami konseli sesuai dengan tujuan yang diharapkan
b.      Membangun motivasi konseli secara langsung melalui setiap anak tangga sehingga konseli semakin meningkat motivasinya agar segera dapat mencapai tangga puncak.
c.       Mengembangkan teknik yang dapat diterapkan oleh konseli dengan membangun sebuah tangga tujuan dalam mencapai suatu target yang diharapkan.
I.       Sumber Rujukan
Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont, CA:Brooks/Cole
Cox, W. Miles & Klinger, Eric. 2004. Handbook of Motivational Counseling Concepts, Approaches, and Assessment. England: John Wiley & Sons, Ltd.
Lesmana, Jeanette Murad. 2008. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)
Willis, Sofyan.S., 2010. Konseling Individual, Teori & Praktek. Bandung:ALFABETA